Mitos Petaka Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat

- Penulis Berita

Senin, 23 Juni 2025 - 07:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumberwisata.com,Gunung Gede, bagian dari Taman Nasional Gede Pangrango di Jawa Barat, tak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga sarat dengan mitos mitos petaka gunung gede yang diwariskan turun-temurun. Mitos ini berfungsi sebagai panduan moral sekaligus perlindungan alam dan keselamatan pendaki.

1. Larangan Mendaki bagi Perempuan Menstruasi

  • Mitos: Wanita yang sedang haid dilarang mendaki, karena diyakini rentan diganggu makhluk gaib Gunung Gede

  • Makna budaya/sains: Fisik yang mudah lelah dan emosional tak stabil saat haid membuat pendaki lebih riskan secara medis .

2. Larangan Membawa Daging Mentah

  • Mitos: Eyang Suryakencana dan macan gaib disebut akan “makan” daging mentah, membuatnya keras & hambar

  • Alasan praktis: Bau daging mentah bisa memancing hewan liar dan membahayakan pendaki

3. Larangan Buang Air Sembarangan

  • Mitos: Kencing sembarangan bisa mengundang petaka dari makhluk halus

  • Fungsi ekologis: Mencegah polusi air dan meminimalisir bahaya (misal: sarang tawon, hewan liar) bagi pendaki .

4. Pantangan dan Adab Lain

  • Pantangan berhenti lama di Telaga Biru – dipercaya bisa menimbulkan petaka

  • Larangan pakaian merah, menyentuh edelweiss, berbicara kasar – dianggap dapat menarik gangguan gaib

5. Lokasi Sakral & Penunggu Gaib

  • Alun-alun Suryakencana: dipenuhi edelweis dan dipercaya tempat bersemayam Pangeran Suryakencana serta pasukan gaib; pendaki sering mendengar suara kuda berlari

  • Eyang Jayakusuma dan penjaga batu dekat Kebun Raya Cibodas; serta petilasan Eyang Haji Mintarsa di air terjun Cibereum
  • Simpang Maleber: jalur terkenal angker setelah magrib
  • Suara gamelan dan kuntilanak: terdengar di malam hari di jalur tertentu

6. Film “Petaka Gunung Gede” & Relevansi Budaya

Film yang mengusung kisah nyata pendaki yang menghadapi mitos terutama larangan menstruasi menyajikan peringatan simbolik mengenai pentingnya etika pendakian dan kesadaran terhadap budaya lokal

7. Pesan Tersembunyi di Balik Mitos

Menurut Eko Wiwid dan ahli budaya, mitos-mitos tersebut memiliki tujuan:

  • Meningkatkan kewaspadaan pendaki.

  • Menjaga kelestarian alam dan tata krama lingkungan.

  • Mempertahankan wibawa budaya lokal yang memberikan efek preventif kuat

MUI Cianjur menegaskan bahwa mitos bukan untuk ditakuti secara berlebihan, melainkan dimaknai sebagai bentuk syukur dan penghormatan kepada pencipta

Kesimpulan

Mitos petaka di Gunung Gede bukan hanya soal kisah mistis, tetapi merupakan warisan kearifan lokal yang mengajarkan:

  1. Etika pendakian (adab, sopan santun, larangan).

  2. Pelestarian alam (lingkungan, kebersihan, satwa).

  3. Keselamatan fisik (fisik, mental, logistik).

Bagi pendaki modern, menghormati mitos berarti tidak hanya menyiapkan fisik dan perlengkapan, tetapi juga pola pikir yang bijak: menjaga alam dan budaya, mengakui nilai-nilai yang telah terbukti menuntun banyak generasi sebelum kita. Prinsip ini sejalan dengan pepatah adat: “Mitos bukan untuk ditakuti, tapi untuk dipahami dan dihormati.”

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Mitos Gunung Salak Bogor, Jawa Barat
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 23 Juni 2025 - 07:39 WIB

Mitos Petaka Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat

Senin, 23 Juni 2025 - 07:29 WIB

Mitos Gunung Salak Bogor, Jawa Barat

Berita Terbaru

Nusa Tenggara

Biaya Harga Masuk Gunung Lewotobi Terbaru 2025

Senin, 23 Jun 2025 - 08:09 WIB

Mitos

Mitos Petaka Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat

Senin, 23 Jun 2025 - 07:39 WIB

Mitos

Mitos Gunung Salak Bogor, Jawa Barat

Senin, 23 Jun 2025 - 07:29 WIB